Resiko Penggunaan Plastik Sebagai Wadah dan Kemasan Makanan
Bahaya Plastik dan Melamin
Saat Anda memakai wadah berbahan plastik atau melamin untuk menaruh makanan panas atau memanaskan makanan dengan microwave, secara tak langsung komponen dalam wadah dapat mengontaminasi makanan.
Plastik mengandung komponen yang berbahaya bagi kesehatan, yaitu bisphenol A (BPA) dan phthalate. BPA dapat ditemukan pada wadah plastik yang memiliki kode daur ulang nomor (recycle code) 7, yaitu polikarbonat atau PC. Phthalate memiliki kode daur ulang nomor 3, yaitu polivinil karbonat (PVC).
Adapun melamin adalah suatu jenis resin—yang merupakan jenis plastik keras—yang biasanya digunakan untuk membuat mangkuk, piring, gelas, dan alat makan untuk anak. Baik BPA, phthalate dan melamin apabila masuk dalam tubuh dapat memberikan efek yang berbahaya pada tubuh.
Adapun efek jangka pendek yang bisa terjadi apabila makanan terkontaminasi kandungan berbahaya tersebut, antara lain:
- Gangguan perkembangan janin
- Gangguan sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya mual dan muntah
- Ditemukannya darah pada saat BAK (buang air kecil)
- Gagal ginjal akut yang dapat ditandai berkurangnya BAK dalam 24 jam (oligouria) atau bahkan tidak adanya produksi urine (anuria)
- Peningkatan enzim tubuh, seperti aspartate transaminase dan alanine transaminase
- Sementara itu, efek jangka panjang akibat penggunaan peralatan makan melamin atau plastik ialah:
- Terbentuknya batu pada saluran kemih
- Gagal ginjal kronik
- Meningkatnya risiko kanker
- Peningkatan tekanan darah
- Gangguan hormonal, seperti memengaruhi siklus haid dan pubertas
- Menurunkan kualitas sperma
Di lain sisi, wadah plastik dengan kode daur ulang nomor 1, 2, 4, dan 5 bebas BPA dan phthalate, yang lebih aman untuk digunakan sehari-hari.
Sering terpaparnya komponen plastik dan melamin pada peralatan makan dalam jangka waktu yang lama rupanya dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada hewan mengungkap bahwa adanya kandungan melamin yang tinggi dalam tubuh dalam jangka waktu lama menyebabkan peradangan dan pembentukan batu di saluran kemih.
Hal ini diperkirakan juga terjadi pada tubuh manusia. Yaitu, diduga dengan adanya zat berbahaya ini dapat meningkatkan spesi oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS) yang memicu kerusakan DNA dan kematian sel. Kematian sel-sel inilah yang nantinya menumpuk menjadi debris dan dapat menjadi salah satu penyebab terbentuknya batu ginjal.
Terbentuknya batu di ginjal maupun saluran kemih dapat menyebabkan sumbatan yang berpotensi meningkatkan risiko seseorang mengalami infeksi hingga gagal ginjal. Apabila kondisi ini tidak diatasi segera, dapat menyebabkan kerusakan organ ginjal permanen.
Memang akan lebih aman jika Anda menggunakan wadah atau peralatan makan yang berbahan beling atau kaca saat menyajikan atau menyimpan masakan. Namun, jika harus menggunakan wadah plastik, pastikan wadah yang digunakan berlabel 1, 2, 4, atau 5. Pastikan juga wadah itu memiliki label “food grade” dan bertuliskan “aman untuk microwave/microwave-safe”.
Plastik Pada Peralatan Anak
Produk berbahan plastik juga telah mendominasi di hampir semua peralatan anak-anak. Misalnya, botol susu, piring makan dan sendok bayi, dan baby chair yang terbuat dari plastik. Bahan yang tidak bisa terurai oleh bakteri tanah itu memang nyaman dan multiguna, namun punya dampak yang buruk pada kesehatan.
Bahan-bahan kimia yang terkandung di dalam plastik – jika dipanaskan atau tergores – dapat berakhir di dalam makanan bahkan ke mulut bayi jika diisap dengan cukup kuat. Dilansir dari Huffington Post, beberapa bahan kimia ini dikaitkan dengan sejumlah risiko kesehatan, seperti meningkatkan risiko kanker dan infertilitas, serta memengaruhi perkembangan otak. Namun begitu – meskipun Anda ingin – nyaris mustahil untuk sama sekali menghilangkan produk plastik dari kehidupan anak-anak Anda.
Meski demikian, Anda bukan sepenuhnya tidak berdaya. Menurut dr. Aparna Bole, dokter anak dan anggota American Academy of Pediatrics Council on Environmental Executive Executive Committee, “Ada hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk melindungi anak dari paparan bahaya plastik dan bahan-bahan berbahaya di dalamnya.”
Bole merekomendasikan untuk selalu mengecek bagian bawah produk plastik untuk melihat kategori produk tersebut. Carilah simbol segitiga mungil dengan angka di tengahnya. Angka yang harus Anda hindari adalah 3, 6, dan 7.Ketiga angka itu mengacu pada jenis plastik serta kandungan bahan kimia di dalamnya yang dianggap paling “memprihatinkan” dalam hal toksisitas.
Angka 3
Anda biasanya menemukan angka 3 pada mainan, cincin pegangan pada teether bayi, tirai plastik, dan produk perawatan bayi. Barang-barang ini terbuat dari polivinil klorida (biasa disebut PVC). Yang perlu Anda perhatikan adalah pelepasan ftalat, zat pengikat yang membuat plastik mudah dibentuk.
Ketakutan yang paling umum adalah ftalat tertentu dapat bertindak sebagai pengganggu endokrin yang memengaruhi hormon reproduksi. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tikus. Ada banyak jenis ftalat. Beberapa di antaranya dilarang untuk digunakan dalam mainan dan produk perawatan anak karena dapat memengaruhi perkembangan genital pria.
Para peneliti juga sedang meneliti apakah ftalat dapat meningkatkan obesitas di masa kanak-kanak dan berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular. Penggunaan ftalat yang dibatasi di Eropa juga dikaitkan dengan masalah perkembangan saraf dan perilaku pada anak-anak.
Angka 6
Plastik dengan angka 6 terbuat dari polystyrene. Kategori ini banyak ditemukan pada piring dan gelas sekali pakai, nampan daging, karton untuk telur, dan wadah makanan untuk dibawa pulang. Saat dipanaskan, produk plastik ini dapat melepaskan bahan beracun seperti styrene, yang dapat diserap saluran pencernaan.
Styrene telah dikaitkan dengan sakit kepala, kelelahan, pusing, kebingungan, dan masalah lain pada pekerja pabrik yang menghirup sejumlah besar secara teratur. Styrene juga ditemukan dalam asap rokok dan dihasilkan oleh mesin fotokopi.
Angka 7
Angka 7, yang masuk dalam kategori “lain-lain”, biasanya merupakan campuran dari plastik. Angka ini ditemukan pada botol bayi dan botol air. Beberapa barang ini mengandung bisphenol A (BPA), bahan kimia industri yang dapat mengganggu sistem hormon tubuh.
Anak-anak memang lebih rentan terhadap risiko terpapar bahan kimia di tiga jenis plastik ini karena tubuh mereka masih berkembang. Akan tetapi, Bole mengatakan hal ini berlaku bagi semua orang secara umum.
Selain menghindari ketiga jenis plastik tersebut, Bole juga menyarankan agar tidak menggunakan plastik sama sekali saat memanaskan makanan dalam microwave, meski ada label "microwave safe". Perhatikan juga bentuk wadah plastik Anda. Semakin tipis wadah plastik Anda, semakin buruk untuk memasukkannya ke dalam microwave. Selain itu, idealnya, hindari juga memasukkan wadah plastik ke mesin pencuci piring.
Sebagai tambahan, Bole menyarankan untuk tidak memasukkan cairan hangat atau panas ke dalam gelas atau botol plastik. Ini banyak dilakukan saat memanaskan ASI dan susu formula. Bole menganjurkan agar Anda menggunakan botol kaca.
Memanaskan plastik akan jadi masalah karena dapat menyebabkan bahan rusak dan melepaskan bahan kimia seperti BPA dan ftalat, yang dianggap pengganggu endokrin. Pelepasan bahan kimia ini juga cenderung lebih besar bila bersama makanan berlemak, seperti daging dan keju. Jika memungkinkan, tukarlah plastik dengan bahan lain, seperti piring dan gelas stainless steel, atau menyimpan makanan dalam wadah kaca, bukan plastik.
Jadi, para orang tua sebaiknya lebih teliti sebelum menggunakan produk berbahan plastik. Cek selalu kode plastik yang biasanya ada di bagian bawah, khususnya untuk benda-benda yang bersentuhan langsung dengan makanan atau mulut anak. Ingat selalu kode angka 3, 6, dan 7 yang wajib dihindari. Hal ini dapat melindungi anak Anda dari gangguan kesehatan di masa depan.
Plastik Pembungkus Lontong
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) mengeluarkan klarifikasi terkait penggunaan kantong plastik dalam memasak. Klarifikasi itu untuk menjawab keresahan masyarakat tentang informasi yang kurang akurat, salah satunya adalah bahaya dari makan lontong yang dimasak dengan kantong plastik.
Media sosial sempat diramaikan dengan pemberitaan yang menyebut bahwa lontong yang dimasak dengan kantong plastik tidak baik untuk dikonsumsi. Sebab lontong plastik disebut-sebut dapat memicu kanker dan kemandulan. Namun Badan POM menyebut informasi itu tidak sepenuhnya benar.
Dikutip dari situs pom.go.id, Penny K. Lukito selaku Kepala Badan POM mengajak masyarakat untuk mengetahui terlebih dahulu perihal plastik yang biasanya digunakan untuk memasak lontong. Menurutnya, jika dimasak menggunakan plastik yang sesuai, lontong tersebut tak akan menyebabkan kanker dan mandul.
Pada umumnya, kantong plastik yang tersedia di pasaran terbuat dari bahan baku Low-density polyethylene (LDPE), Linear Low-density polyethylene (LLDPE), High-density polyethylene (HDPE), Polypropylene (PP) dan Oriented Polypropylene (OPP). Masing-masing jenis plastik tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda, baik pada titik leleh, kelenturan, kejernihan, hingga ketahanan terhadap suhu.
Plastik terbaik adalah plastik dengan jenis LLDPE, HDPE, PP dan OPP. Pasalnya, jenis-jenis plastik itu akan meleleh atau melunak di atas suhu 100°C. Plastik yang memiliki titik leleh tinggi seperti ini cenderung lebih aman digunakan pada suhuh tinggi, termasuk untuk membuat lontong.
Sementara itu, kantong plastik LDPE memiliki titik leleh yang lebih rendah. Plastik ini akan meleleh jika berada pada suhu 83°C - 98°C. Anda disarankan untuk tidak menggunakan plastik jenis ini di atas suhu tersebut. Namun, jenis plastik ini cukup kuat untuk menyimpan makanan beku non lemak hingga suhu -50°C.
Badan POM menyebut berbagai jenis plastik pada dasarnya bersifat inert alias tidak mudah berinteraksi dan tak menimbulkan bahaya terhadap kesehatan. Akan tetapi, bahan-bahan tambahan seperti pelicin, antioksidan, dan pewarna dalam proses pembuatan plastik, berisiko menggangu kesehatan.
Namun demikian, Anda mungkin akan kesulitan untuk memastikan sendiri jenis plastik yang aman digunakan untuk memasak. Untuk itu, Badan POM mengajak para pelaku usaha untuk menggunakan produk yang sesuai standar dan telah melewati uji migrasi (perpindahan zat dari plastik ke makanan) untuk menjamin keamanannya.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM No. HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan, di antaranya menyebutkan bahwa plastik untuk kemasan pangan, termasuk untuk membuat lontong, harus memenuhi syarat uji migrasi dan agar setiap plastik yang dijual diberi label dengan jelas, seperti jenis ketahanan panas dan keterangan lainnya.
Penny mengimbau agar masyarakat harus berhati-hati dalam menggunakan plastik untuk memasak, termasuk merebus lontong. (sumber ; klikdokter.com)
Tidak ada komentar